berdamai dengan diri sendiri, di sanalah adanya cinta. dan sesungguhnyalah cinta tidak lahir dari kesemena-menaan.

-Nanoq da Kansas-

10 Juli 2010

Jurnalistik Itu Asyik dan Keren!


“Jujur saja, saya ingin jurnalistik menjadi dunia saya nanti. Karena saya percaya, jurnalistik mampu membawa saya ke mana pun saya ingin pergi!” Cetus seorang remaja bernama Wahyu. Ungkapan bernada lugu bahkan naif ini, oleh sebagian orang tua barangkali masih menjadi pertentangan batin. Karena umumnya, hingga saat ini para orang tua masih menginginkan anak-anaknya nanti akan bisa bekerja pada sektor-sektor yang menurut mereka lebih riil semacam bank, kantor pemerintah, jadi guru atau pengusaha, jadi dokter atau jadi insinyur. Sampai saat ini, jurnalistik belumlah menjadi pilihan para orang tua untuk anak-anak mereka.

Tetapi bagi sebagian anak remaja sekarang, pandangan orang tua seperti itu justru dianggap sudah ketinggalan. “Jurnalistik itu keren. Asyik dan memberi kesempatan yang sangat luas untuk menjelajahi dunia,” lanjut Wahyu yang kini duduk di bangku kelas 3 SMK multimedia itu.

Demikian pula komentar para remaja lainnya yang sempat ditemui Bali Bicara. Hampir tidak ada remaja yang tidak tertarik jurnalistik. “Menurut saya, menekuni jurnalistik itu menjanjikan masa depan yang baik juga. Lihat saja misalnya para penyiar TV One dan Metro TV. Mereka tampak keren-keren, hebat dan sukses. Tapi saya kira tidak sembarang orang yang bisa seperti mereka. Orang yang terjun di dunia jurnalistik itu harus cerdas dan pintar berbahasa. Dan inilah kendalanya. Pendidikan di sekolah sekarang kurang memperhatikan hal ini sehingga jarang yang bisa melahirkan siswa yang cerdas berbahasa,” demikian Vitavera, siswi SMK Negeri 3 Negara.
Atau seperti yang dikatakan Yuliastari, siswi SMA Negeri 1 Negara. “Menjadi wartawan, kenapa tidak? Bagi saya itu adalah profesi yang sangat bergengsi dan menjanjikan masa depan yang bagus. Profesi wartawan itu mulia seperti juga guru. Karena wartawan membuka selubung cakrawala pengetahuan umat manusia sehingga kita bisa mengetahui dunia yang lebih luas,” ujar Yuli mantap.

Pandangan remaja seperti Wahyu, Vita dan Yuli ini, sebenarnya sudah tumbuh beberapa tahun terakhir. Bahwa para remaja atau siswa kini sudah banyak yang melirik dunia jurnalistik sebagai masa depan. Banyak siswa yang begitu antusias mengikuti pelatihan-pelatihan atau work shop jurnalistik yang diselenggarakan lembaga-lembaga tertentu atau pun atas inisiatif sekolah.

Hal ini juga terlihat dari semakin berkembang dan banyaknya penerbitan majalah-majalah sekolah di Bali. Kendati penerbitan tersebut masih hanya sebatas untuk lingkungan sekolah sendiri, tetapi semangat dan keseriusan para siswa pengelolanya tidaklah main-main. Bahkan jika mampu menerbitkan majalah, itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi sebuah sekolah.

Hal ini diakui oleh mantan Kepala SMP Negeri 3 Negara, Komang Redita Diana. Redita adalah penggagas dari kelahiran Matrix, majalah SMP Negeri 3 Negara. “Salah atu alasan kami menerbitkan majalah sekolah saat itu adalah untuk mengangkat citra sekolah. Tetapi dalam perjalanannya, majalah sekolah tersebut sangat efektif bagi para siswa untuk memupuk serta menyalurkan bakat jurnalistik mereka, di samping juga untuk menampung karya-karya kreatif para siswa di bidang sastra,” demikian Redita.

Untuk di Jembrana, SMA Negeri 1 Melaya dapat dikatakan sebagai pelopor dari penerbitan majalah sekolah. Majalah sekolah mereka yang diberi nama Romansa telah terbit sejak tiga tahun lalu dan dikelola dengan sangat baik oleh OSIS dan guru-guru pembina setempat. Kemudian SMA Negeri 2 Negara dengan majalah sekolahnya, Mamiri, sampai saat ini juga telah mampu hadir secara rutin sebagai bacaan alternatif sekaligus media ekspresi bagi para guru dan siswanya. Terakhir, SMA Negeri 1 Negara juga menerbitkan majalah sekolah bernama Colobri, di bawah binaan guru bahasa dan sastra Indonesia setempat, I Wayan Sudirtha, S.Pd.

Kembali pada minat para siswa dan remaja atas dunia jurnalistik, ini juga terlihat jelas dalam acara work shop jurnalistik yang diadakan baru-baru ini oleh Pers Akademika Universitas Udayana, di SMA Negeri 1 Negara. Kegiatan yang digelar selama dua hari ini diikuti delapan sekolah (SMA dan SMK) negeri di Jembrana dengan masing-masing sekolah mengutus delapan orang siswa-siswinya. Pelatihan yang sangat singkat tersebut mendapat respon yang demikian antusias dari para siswa peserta dan guru-guru pembina.

Pelatihan ditutup dengan lomba majalah dinding antarpeserta. Di sinilah puncaknya. Seluruh peserta terlihat demikian bergairah membuat majalah dinding dengan tingkat kreativitas dan inovasi yang tidak main-main. Demikian juga dalam hal materi, mereka tidak kalah serius dengan para wartawan profesional untuk mengumpulkan materi berita, membuat artikel, menulis tajuk, hingga membuat foto-foto pendukung. Walaupun pada akhirnya secara umum para peserta masih gagap di dalam pendalaman topik dan gagasan, tetapi setidaknya dari kegiatan tersebut semakin jelas tergambar betapa remaja saat ini memiliki minat dan apresiasi yang tinggi terhadap jurnalistik. Dan bagi tujuan pembangunan jurnalisme yang semakin baik di negeri ini, apa yang ditunjukkan oleh para remaja atau siswa dalam acara ini, jelas merupakan optimisme yang patut diapresiasi dan didorong terus keberadaannya.

1 komentar:

silvimargaret mengatakan...

Selamat Siang, Ijin Post Yahh bossku
Tunggu Apalagi Segera Daftar dan Depositkan Segera Di E D E N P O K E R . X Y Z
- Minimal Deposit 15.000
- Bonus New Member 10.000
- Bonus Next Deposit 5%
- Bonus Rollingan 0,5%
- Bonus Refferal 10% (Seumur Hidup)
REAL PLAYER VS PLAYER !!!

Posting Komentar